KOMPAS.com - Motorola memperbarui lini smartphone Android murahnya dengan konektivitas 4G LTE dan sistem operasi Android 5.0 Lollipop.Smartphone yang dimaksud adalah Motorola Moto E yang menurut Phone Arena, Rabu (25/2/2015), sudah diluncurkan...
Minggu, 05 April 2015
Xiaomi, Produsen Smartphone Terbesar di Tiongkok
KOMPAS.com - Xiaomi akhirnya menjadi produsen smartphone terbesar di Tiongkok. Mereka mencapainya setelah memenangkan pertarungan dengan Samsung.Hal tersebut diketahui dari laporan riset terbaru International Data Corporation (IDC) yang mencatat pengapalan smartphone ke Tiongkok. Dalam...
Samsung Ingin Kuasai Pasar Kamera "Mirrorless" Indonesia
Teranyar, Samsung meluncurkan kamera mirrorless bernama NX1. Acara peluncuran tersebut merupakan bagian dari acara Samsung Forum yang berlangsung di Bangkok, Thailand, pada 9 hingga 13 Februari mendatang.
Samsung Forum merupakan ajang tahunan untuk media dan rekan bisnis Samsung yang mencakup wilayah Asia Tenggara dan juga Oseania. Kompas.com berkesempatan hadir pada acara tersebut.
"Target kita mau menjadi nomor satu dan syukurnya kami terus berkembang belakangan ini. Saat ini, kami masih nomor dua, tetapi kalau dilihat dari dua atau tiga tahun terakhir dan melihat trennya, Samsung memiliki progress yang bagus," ungkap Dani Setiawanto, Head of Regional Digital Imaging Business Southeast Asia & Taiwan.
Dani mengatakan, market mirrorless di Indonesia terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Ia pun berharap dengan terus berinovasi dengan produk-produk barunya, baik untuk segmen ponsel pintar ataupun mirrorless.
Menurut Dani dibanding kamera jenis DSLR, tipe mirrorless memang menawarkan beberapa kelebihan, diantaranya lebih praktis, lebih banyak fitur namun masih tetap menawarkan kualitas gambar sebagus kamera DSLR. Selain itu, komponen kameramirrorless lebih awet ketimbang DSLR.
"Kurang lebih, mirrorless hampir 30 atau 35 persen menguasai pasar dan terus berkembang. Di negara-negara berkembang, misalnya, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, juga mirrorless itu sudah hampir atau lebih besar ketimbang DSLR," tutur Dani.
Kamera 3,2 Gigapiksel Petakan Alam Semesta
KOMPAS.com - Para astronom di AS bakal mendapat "mainan" baru yang akan mendampingi mereka dalam usaha menguak misteri alam semesta. Departemen Energi Negeri Paman Sam itu telah persetujuan lanjutan...
April, Apple Watch Sudah Bisa Dibeli
KOMPAS.com - Setelah beredar beberapa rumor, Apple akhirnya mengungkap penjualan perdana jam tangan pintar besutannya, Apple Watch. Pada saat pengumuman laporan keuangan kuartal IV 2014, CEO Apple Tim Cook...
Sabtu, 04 April 2015
Oppo Rilis U3, Ponsel Android Layar 5,9 Inci
KOMPAS.com - Oppo merilis ponsel dengan ukuran jumbo yang memiliki nama resmi U3, Kamis (22/1/2015).Perangkat tersebut dapat dikatakan "jumbo" karena memiliki bentang layar yang lebih besar ketimbang smartphone yang banyak beredar...
Android Lawas "Ditelantarkan" Google
Sebagaimana dikutip Kompas Tekno dari The Wall Street Journal, Selasa (13/1/2015), seorang peneliti keamanan asal Pakistan bernama Rafay Baloch beberapa bulan lalu menemukan hal tersebut setelah pihak Google tak mau menambal celah sekuriti yang ditemukannya.
Tim keamanan Google menyebutkan bahwa raksasa internet pemilik Android itu tak lagi memperbaiki bug keamanan di browser bawaan Android versi 4.3 (Jelly Bean) atau yang lebih awal.
"Kami tak menambal sendiri celah keamanan, tapi memberitahukan masalahnya pada para rekanan," jawab Google menanggapi bug yang ditemukan Baloch. Penanganan masalah keamanan dalam hal ini diserahkan kepada para partner. Google sendiri akan ikut menyalurkan patch yang dibuat oleh rekanannya.
Padahal, Google masih mau memperbaiki celah yang ditemukan Baloch pada September 2014. Berarti kebijakan tersebut terhitung masih baru diterapkan.
Adapun celah keamanan yang ditemukan di browser internet di Android 4.4 Kitkat dan Android 5.0 Lollipop masih akan terus diperbaiki oleh Google.
Tetapi, itu berarti browser internet default di duapertiga atau lebih dari satu miliar perangkat Android yang beredar sekarang telah "ditelantarkan" oleh Google. Celah keamanan bisa menimbulkan bahaya yang nyata apabila diketahui oleh hacker dan tidak ditambal.
Peneliti senior Tod Beardsley dari firma keamanan Rapid 7 menyayangkan langkah Google. "Yang tidak dipertimbangkan masak-masak oleh Google adalah biaya-biaya yang ditimbulkan oleh langkah tersebut," kata Beardsley yang bekerjasama dengan Baloch dan Google dalam masalah ini.
Beardsley beralasan bahwa banyak pengguna membeli perangkat Android lawas untuk menghemat uang. Di samping itu, tak semua rekanan Google rajin menyalurkan update software.